Sabtu, 06 Oktober 2012


ASKEP HARGA DIRI RENDAH

A.    MASALAH UTAMA

Harga diri rendah.

B.     PROSES TERJADINYA MASALAH

1.     Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen 1991). Menurut Soenaryo dalam Psikologi Keperawatan (2004) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya sebagai utuh menyangkut fisik, emosi, intelektual, social dan spiritual.
Komponen konsep diri menurut Stuart dan Sundeen (1998) :
1.        Citra tubuh, adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dengan tidak disadari terhadap tubuhnya.
2.        Ideal diri, adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku berdasarkan standar apresiasi, tujuan atau nilai-nilai personal tertentu.
3.        Harga diri, adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa sebabnya baik prilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
4.        Penampilan, adalah serangkaian prilaku yang diharapkan oleh lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok social.
5.        Identitas personal, pengrganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ), sedangkan Menurut Schult & Videbeck ( dalam Fitria, 2009 ), harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Budi Ana Keliat (1999), harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung.
      
2.    Tanda dan gejala
        Berikut adalah tanda dan gejala pada klien dengan harga diri rendah :
a.       Mengkritik diri sendiri
b.      Perasaan tidak mampu
c.       Pandangan hidup yang pesimis
d.      Tidak menerima pujian
e.       Penurunan produktivitas
f.       Penolakan terhadap kemampuan diri
g.      Kurang memperhatikan perawatan diri
h.      Berpakaian tidak rapi
i.        Selera makan berkurang
j.        Tidak berani menatap lawan bicara
k.      Lebih banyak menunduk
l.        Bicara lambat dengan nada suara lemah

3.    Rentang Respon Konsep Diri

   


Stuart dan Sundeen (2006) menjelaskan tentang rentang respon konsep diri :
·      Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.
·      Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
·      Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptif.
·      Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kematangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
·      D epersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

4.    Faktor predisposisi
a.    Faktor predisposisi yang mempegaruhi harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis.
b.    Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.
c.    Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam struktural social (Fitria, 2009).

5.        Faktor presipitasi
            Stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal :
a.     Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupanya.
b.    Ketegangan peran berhubungan dengan peran/posisi yang diharapkan               dimana individu mengalaminya sebagai frustasi.
c.     Transisi peran situasi yaitu terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian.
d.    Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit dicetuskan oleh kehilangan anggota tubuh, perubahan ukuran bentuk, penampilan, fungsi tubuh, perubahan fisik berhubungan dengan tumbang normal moral dan prosedur medis keperawatan                  
        Gangguan konsep diri : harga diri rendah dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
            Situasional. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba‑tiba, misal harus operasi, kecelakaan, menjadi korban pemerkosaan, narapidana, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan fisik, pemasangan alat bantu, yang membuat klien tidak nyaman. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
            Kronik. Gangguan konsep diri: harga diri rendah biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau dirawat. Klien sudah, memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
            Baik baktor predisposisi maupun presipitasi diatas bila telah memengaruhi seseorang baik dalam pikiran, bersikap, maupun bertindak, maka dianggap telah memengaruhi koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan kondisi dimana klien tidak memiliki kemauan untuk bergaul dengan orang lain (isolasi sosial). Klien mengalami isolasi sosial dapat membuat klien asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehinga dapat muncul risiko prilaku kekerasan
      

C.    POHON MASALAH




 
      
                                                                                                                  

D.    MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1.       Harga diri rendah kronis
2.       Koping individu tidak efektif
3.       Isolasi social
4.       Perubahan persepsi sensori : halusinasi
5.       Risiko perilaku kekerasan


                               II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

Masalah Keperawatan
Data yang perlu dikaji
Harga diri rendah kronis
Subjektif
 ·         Mengungkapkan bahwa dirinya merasa          tidak berguna
·         Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
·         Mengungkapkan bahwa dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja
·         Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan, atau toileting).
Objektif
·         Mengkritik diri sendiri
·         Perasaan tidak mampu
·         Pandangan hidup pesimis
·         Tidak menerima pujian
·         Penurunan produktivitas
·         Penolakan terhadap kemampuan diri
·         Kurang perhatian perawatan diri
·         Berpakaian tidak rapi
·         Berkurang selera makan
·         Tidak berani menatap lawan bicara
·         Lebih banyak menunduk
·         Bicara lambat dengan nada suara lemah



B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
·         Harga diri rendah kronis.


C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tgl
No Dx
Dx Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi


Harga diri rendah.
TUM: Klien memiliki diri yang positif
Tuk :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat




1. Setelah….x interaksi klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau manjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.





1.   Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
¨  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
¨  Perkenalkan diri dengan sopan
¨  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
¨  Jelaskan tujuan pertemuan
¨   jujur dan menepati janji
¨  Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya
¨  Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien




2.  Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.
2.   Setelah….x interaksi klien menyebutkan :
o   Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien
o   Aspek positif keluarga
o   Aspek positif lingkungan klien
2.1. Diskusikan dengan klien tentang :
¨  Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan
¨  Kemampuan yang dimiliki klien

2.2.Bersama klien buat daftar tentang :
¨  Aspek positif klien, keluarga, lingkungan
¨  Kemampuan yang dimiliki klien

2.3.Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negative



3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
3.  Setelah…x interaksi klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan

3.1.  Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan
3.2.  Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya



4.  Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
4.   Setelah…x interaksi klien membuat rencana kegiatan harian
4.1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien :
¨  Kegiatan mandiri
¨  Kegiatan dengan bantuan
4.2.  Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
4.3.  Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan



5.  Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
5.    Setelah…x interaksi klien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat

5.1.  Ajurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
5.2.  pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
5.3.  Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
5.4.  Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.













6.  Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
6.1.Setelah…x interaksi klien memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga

6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah
6.2.Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah



D.      PELAKSANAAN 
Pelaksanaan  disesuaikan dengan rencana keperawatan

E.       EVALUASI
     Merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon klien evaluasi adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi klien pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang sehat.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP
S          :  respon subyektif klien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O         :  respon objektif klien terhadapa keperawatan yang dilaksanakan
A         : analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan
              apakah  masih tetap atau masuk giliran baru.
P          : perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respom
              klien.




DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan laporan pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S-1 Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Keliat. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

NANDA.2011. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2009- 2011. Jakarta : EGC

Stuart & Sundeen. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5. Jakarta: EGC.

Stuart & Sundeen, 2000. Principles and practice of psychiatric nursing. St. Louis: Mosby Year Book.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Towsend, Mc. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, Ed.3. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar